Kediri - Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Kabupaten Kediri secara resmi mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon bupati - wakil bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana - Dewi Mariya Ulfa, di Pilkada 2024.
Dukungan yang diberikan itu merupakan apresiasi Bamag atas kinerja pasangan calon Dhito-Dewi di periode pertama. Terutama rekam jejak yang baik terhadap pengembangan di sektor pendidikan seperti insentif bagi guru pendidikan non formal.
“3, 5 tahun ini kita merasakan sesuatu yang berbeda dengan lainnya. Di sektor pendidikan utamanya insentif guru sekolah minggu, semua telah dicover pemerintah, ” kata Ketua Bamag Kabupaten Kediri Yeremia Puryanto, Kamis (10/10/2024).
Menurutnya, prestasi pasangan Dhito-Dewi dalam memperhatikan kesejahteraan guru pendidikan non formal menjadi kesan terbaik. Yeremia menyebut, pemberian insentif guru sekolah minggu diakui sangat membantu guru pendidikan non formal untuk meningkatkan kualitas belajar.
Lanjutnya, Yeremia meyakini apabila pasangan Dhito-Dewi kembali terpilih di periode 2024-2029, maka program pembangunan di Kabupaten Kediri akan semakin berkembang.
“Tentunya 5 tahun ke depan Mas Dhito akan melakukan hal yang lebih baik lagi, ” terang Yeremia.
Sama halnya dengan Teguh Sumadiono. Warga Kecamatan Pare tersebut mengatakan program insentif menjadi apresiasi pemerintah daerah terhadap peran seorang guru sekolah minggu.
Sejak dirinya mengabdi menjadi guru sekolah minggu, Teguh mengaku belum pernah menemukan program insentif bagi guru pendidikan non formal. Dia pun berharap agar kuota insentif bagi guru sekolah minggu tetap dipertahankan.
“Kami mohon untuk periode berikutnya nanti agar insentif untuk guru sekolah minggu jangan dikurangi, ” harapnya, yang juga menjadi perwakilan Bamag Kabupaten Kediri.
Menanggapi pernyataan keduanya, Mas Dhito berjanji akan melanjutkan program yang selama ini telah dijalankan. Termasuk melanjutkan empat sektor yang menjadi prioritas di periode pertama. Ada sektor pendidikan, kesehatan, sosial, infrastruktur.
Di sektor pendidikan, program insentif bagi guru pendidikan non formal menjadi upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebab, Cabup petahana ini memahami betul makna dari program insentif. Terlebih apabila program tersebut tidak direalisasikan.
“Bagaimana nantinya nasib umat kristiani, hindu, muslim, dan umat agama yang diakui di negara ini kalau sampai tidak ada guru agama yang mengajar, ” tegas Mas Dhito.
Selain itu, lanjut Mas Dhito, pihaknya juga intens mendorong para guru berinisiatif mendirikan usaha mandiri. Hal ini bertujuan agar para guru tidak hanya bergantung pada program insentif dalam meningkatkan roda perekonomian.
“Saya (juga) berharap panjenengan punya kemandirian dalam ber-usaha, ” harap Cabup berusia 32 tahun itu.